Friday, August 31, 2012

Nasihat (Ali bin Abi Thalib R.A)

"Wahai anakku! Dunia ini bagaikan samudra tempat banyak ciptaan-ciptaan-Nya yang tenggelam. Maka jelajahilah dunia ini dengan menyebut nama Allah.
Jadikan ketakutanmu pada Allah sebagai kapal-kapal yang menyelamatkanmu. Kembangkanlah keimanan sebagai layarmu, logika sebagai pendayung kapalmu, ilmu pengetahuan sebagai nakhoda perjalananmu; dan kesabaran sebagai jangkar dalam setiap badai cobaan." (Ali bin Abi Thalib R.A)

Thursday, August 30, 2012

Jika Aku Jatuh Cinta

Puisi ini tanpa sengaja kutemukan kembali di FS salah satu temanku. Begitu menyentuh....dulu dan saat ini pun.


Jika Aku Jatuh Cinta

Ya Allah, jika aku jatuh cinta,cintakanlah aku pada seseorang yang
melabuhkan cintanya pada-Mu,agar bertambah kekuatan ku untuk mencintai-Mu.
Ya Muhaimin, jika aku jatuh cinta,jagalah cintaku padanya agar tidak
melebihi cintaku pada-Mu
Ya Allah, jika aku jatuh hati,izinkanlah aku menyentuh hati seseorang
yang hatinya tertaut pada-Mu,agar tidak terjatuh aku dalam jurang cinta semu.
Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,jagalah hatiku padanya agar tidak
berpaling dari hati-Mu.
Ya Rabbul Izzati, jika aku rindu,rindukanlah aku pada seseorang yang
merindui syahid di jalan-Mu.
Ya Allah, jika aku rindu,jagalah rinduku padanya agar tidak lalai aku
merindukan syurga-Mu.
Ya Allah, jika aku menikmati cinta kekasih-Mu,janganlah kenikmatan itu melebihi
kenikmatan indahnya bermunajat di sepertiga malam terakhirmu.
Ya Allah, jika aku jatuh hati pada kekasih-Mu,
jangan biarkan aku tertatih dan terjatuh dalam perjalanan panjang menyeru manusia kepada-Mu.
Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu,
jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu.
Ya Allah Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun dalam cinta
pada-Mu,telah berjumpa pada taat pada-Mu, telah bersatu dalam dakwah pada-MU,telah berpadu dalam membela syariat-Mu.Kukuhkanlah Ya Allah ikatannya.
Kekalkanlah cintanya. Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan
Nur-Mu yang tiada pernah pudar. Lapangkanlah dada-dada kami dengan limpahan
keimanan kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.


MP, 3 Mar 2007

Ketika Tangan dan Kaki Berkata


Di tahun 1997 saya bertemu Chrisye sehabis sebuah acara, dan dia berkata, "Bang, saya punya sebuah lagu. Saya sudah coba menuliskan kata-katanya, tapi saya tidak puas. Bisakah Abang tolong tuliskan liriknya?"  Karena saya suka lagu-lagu Chrisye, saya katakan bisa. Saya tanyakan kapan  mesti selesai. Dia bilang sebulan. Menilik kegiatan saya yang lain, deadline  sebulan itu bolehlah. Kaset lagu itu dikirimkannya,
berikut keterangan  berapa baris lirik diperlukan, dan untuk setiap larik berapa jumlah  ketukannya, yang akan diisi dengan suku kata. Chrisye menginginkan puisi  relijius. 
Kemudian saya dengarkan lagu itu. Indah sekali. Saya suka betul.

Sesudah seminggu, tidak ada ide. Dua minggu begitu juga. Minggu ketiga inspirasi masih tertutup. Saya mulai gelisah. Di ujung minggu keempat tetap  buntu. Saya heran. Padahal lagu itu cantik jelita. Tapi kalau ide memang  macet, apa mau dikatakan. Tampaknya saya akan telepon Chrisye keesokan  harinya dan saya mau bilang, " Chris, maaf ya, macet. Sori." Saya akan  kembalikan pita rekaman itu.
           
Saya punya kebiasaan rutin baca Surah Yasin. Malam itu, ketika sampai ayat 65 yang berbunyi, A'udzubillahi minasy syaithonirrojim. "Alyauma  nakhtimu 'alaa afwahihim, wa tukallimuna aidhihim, wa tasyhadu arjuluhum  bimaa kaanu yaksibuun" saya berhenti. Maknanya, "Pada hari ini Kami akan  tutup mulut mereka, dan tangan mereka akan berkata kepada Kami, dan kaki  mereka akan bersaksi tentang apa yang telah mereka lakukan." Saya tergugah.  Makna ayat tentang Hari Pengadilan Akhir ini
luar biasa!
Saya hidupkan lagi pita rekaman dan saya bergegas memindahkan makna itu ke larik-larik lagi tersebut. Pada mulanya saya ragu apakah makna  yang sangat berbobot itu akan bisa masuk pas ke dalamnya. Bismillah.  Keragu-raguan teratasi dan alhamdulillah penulisan lirik itu selesai. Lagu  itu saya beri judul Ketika Tangan dan Kaki Berkata.

Keesokannya dengan lega saya berkata di telepon," Chris, alhamdulillah selesai". Chrisye sangat gembira. Saya belum beritahu padanya asal-usul inspirasi lirik tersebut. Berikutnya hal tidak biasa terjadilah. Ketika berlatih di kamar menyanyikannya baru dua baris Chrisye menangis, menyanyi  lagi, menangis lagi, berkali-kali.

Di dalam memoarnya yang dituliskan Alberthiene Endah, Chrisye - Sebuah Memoar Musikal, 2007 (halaman 308-309), bertutur Chrisye: Lirik yang dibuat Taufiq Ismail adalah satu-satunya lirik dahsyat sepanjang  karier, yang menggetarkan sekujur tubuh saya. Ada kekuatan misterius yang  tersimpan dalam lirik itu. Liriknya benar-benar-benar mencekam dan  menggetarkan. Dibungkus melodi yang begitu menyayat, lagu itu bertambah  susah saya nyanyikan! Di kamar, saya berkali-kali
menyanyikan lagu itu. Baru  dua baris, air mata saya membanjir. Saya coba lagi. Menangis lagi. Yanti  sampai syok! Dia kaget melihat respons saya yang tidak biasa terhadap sebuah  lagu.
Taufiq memberi judul pada lagu itu sederhana sekali, Ketika Tangan dan Kaki  Berkata. Lirik itu begitu merasuk dan membuat saya dihadapkan pada kenyataan, betapa  tak berdayanya manusia ketika hari akhir tiba. Sepanjang malam saya gelisah.  Saya akhirnya menelepon Taufiq dan menceritakan kesulitan saya. "Saya mendapatkan ilham lirik itu dari Surat Yasin ayat 65..." kata Taufiq.  Ia menyarankan saya untuk tenang saat menyanyikannya. Karena sebagaimana  bunyi ayatnya, orang memang sering kali tergetar membaca isinya. Walau sudah ditenangkan Yanti dan Taufiq, tetap saja saya menemukan kesulitan saat mencoba merekam di studio. Gagal, dan gagal lagi.
Berkali-kali saya menangis dan duduk dengan lemas. Gila! Seumur-umur, sepanjang sejarah karir saya, belum pernah saya merasakan hal seperti ini.  Dilumpuhkan oleh lagu sendiri!
Butuh kekuatan untuk bisa menyanyikan lagu itu. Erwin Gutawa yang sudah senewen menunggu lagu terakhir yang belum direkam itu, langsung mengingatkan  saya, bahwa keberangkatan ke Australia sudah tak bisa ditunda lagi. Hari  terakhir menjelang ke Australia, saya lalu mengajak Yanti ke studio,  menemani saya rekaman. Yanti sholat khusus untuk mendoakan saya. Dengan susah payah, akhirnya saya bisa menyanyikan lagu itu hingga selesai.  Dan tidak ada take ulang! Tidak mungkin. Karena saya sudah menangis dan tak  sanggup menyanyikannya lagi. Jadi jika sekarang Anda mendengarkan lagu itu,  itulah suara saya dengan getaran yang paling
autentik, dan tak terulang!  Jangankan menyanyikannya lagi, bila saya mendengarkan lagu itu saja, rasanya  ingin berlari!
Lagu itu menjadi salah satu lagu paling penting dalam deretan lagu yang pernah saya nyanyikan. Kekuatan spiritual di dalamnya benar-benarbenar meluluhkan perasaan. Itulah pengalaman batin saya yang paling dalam selama  menyanyi.

Penuturan Chrisye dalam memoarnya itu mengejutkan saya. Penghayatannya terhadap Pengadilan Hari Akhir sedemikian sensitif dan luarbiasanya, dengan  saksi tetesan air matanya. Bukan main. Saya tidak menyangka sedemikian  mendalam penghayatannya terhadap makna Pengadilan Hari Akhir di hari kiamat  kelak.

Mengenai menangis menangis ketika menyanyi, hal yang serupa terjadi dengan  Iin Parlina dengan lagu Rindu Rasul. Di dalam konser atau pertunjukan, Iin  biasanya cuma kuat menyanyikannya dua baris, dan pada baris ketiga Iin akan  menunduk dan membelakangi penonton menahan sedu sedannya. Demikian sensitif  dia pada shalawat Rasul dalam lagu tersebut.
* *

Setelah rekaman Ketika Tangan dan Kaki Berkata selesai, dalam peluncuran album yang saya hadiri, Chrisye meneruskan titipan honorarium dari produser  untuk lagu tersebut. Saya enggan menerimanya. Chrisye terkejut. "Kenapa  Bang, kurang?" Saya jelaskan bahwa saya tidak orisinil menuliskan lirik lagu  Ketika Tangan dan Kaki Berkata itu. Saya cuma jadi tempat lewat, jadi  saluran saja. Jadi saya tak berhak menerimanya. Bukankah itu dari Surah  Yasin ayat 65, firman Tuhan? Saya akan bersalah menerima sesuatu yang bukan  hak saya.
Kami jadi berdebat. Chrisye mengatakan bahwa dia menghargai pendirian saya,  tetapi itu merepotkan administrasi. Akhirnya Chrisye menemukan jalan keluar.  "Begini saja Bang, Abang tetap terima fee ini, agar administrasi rapi. Kalau  Abang merasa bersalah, atau berdosa, nah, mohonlah ampun kepada Allah. Tuhan  Maha Pengampun 'kan?" Saya pikir jalan yang ditawarkan Chrisye betul juga. Kalau saya berkeras
menolak, akan kelihatan kaku, dan bisa ditafsirkan berlebihan. Akhirnya
solusi Chrisye saya terima. Chrisye senang, saya pun senang.
* *


Pada subuh hari Jum'at, 30 Maret 2007, pukul 04.08, penyanyi legendaris Chrisye wafat dalam usia 58 tahun, setelah tiga tahun lebih keluar masuk rumah sakit, termasuk berobat di Singapura. Diagnosis yang mengejutkan adalah kanker paru-paru stadium empat. Dia meninggalkan isteri, Yanti, dan  empat anak, Risty, Nissa, Pasha dan Masha, 9 album proyek, 4 album sountrack, 20 album solo dan 2 filem. Semoga penyanyi yang lembut hati dan  pengunjung masjid setia ini, tangan dan kakinya kelak akan bersaksi tentang  amal salehnya serta menuntunnya memasuki Gerbang Hari Akhir yang semoga  terbuka lebar baginya. Amin. #


Ketika Tangan dan Kaki Berkata

Lirik    : Taufiq Ismail
Lagu   : Chrisye

Akan datang hari mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa tak ada suara
Dari mulut kita

Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita bila harinya
Tanggung jawab tiba

Rabbana
Tangan kami
Kaki kami
Mulut kami
Mata hati kami
Luruskanlah
Kukuhkanlah
Di jalan cahaya.... sempurna

Mohon karunia
Kepada kami
HambaMu yang hina
1997
Ditulis oleh : TAUFIQ ISMAIL
Sumber: email forward-an seorang teman dr sebuah milis

MP, 14 Jan 2008

Nasihat (Ust.Ihsan Tanjung)


Pagi ini, aku terima e-mail dr Mbak Ning, seorang mbak yg udh aku anggap kayak kakak ku sendiri. Sayang, kebersamaan kami hanya sebentar, krn aku harus ke Singapore melanjutkan study ku, sedangkan Mbak Ning tetap di Bandung...E-mail ini berkesan sekali, krn Mbak menyisipkan sebuah nasihat dr Ustaz Ihsan Tanjung yang menyentuh.

Jalankanlah hidup ini bagaikan air yang mengalir sebagai hamba Allah.
Air mengalir tak pernah bertanya-tanya kepada Allah mau dikemanakan 
dirinya?
Ia percaya seratus prosen Allah akan memberikannya tempat kembali yang terbaik.
Air tak pernah protes ketika suatu saat dalam perjalannya ia harus terjun ke atas batu keras atau meresap jauh ke dalam bumi tanpa tahu kapan akan melihat matahari kembali....
Air tak pernah bertanya apa takdirnya.
Benarlah Firman Allah SWT yang mengatakan "Maka apakah mereka mencari agama yang lain dari agama Allah, padahal kepada-Nya-lah menyerahkan diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada Allah-lah mereka dikembalikan." (3: 83).
Jadi begitulah sikap alam semesta selain jin dan manusia, mereka berserah diri kepada Allah tanpa pikir dan tanpa protes apalagi membantah.
Tentu kita memang berbeda dengan setitik air.
Sebab Allah memberikan kita akal yang membuat kita mampu melihat kebenaran dengan akal.
Tetapi akal juga mampu menyesatkan kita ketika kita terlalu terpaku pada pertanyaan-pertanyaan yang berbahaya.
Olah karena itu hanya manusia dan jin yang bisa menjadi kafir karena mereka diberi pilihan, beriman atau kafir. “dan mereka diberi alat unutuk menentukan pilihan, yaitu akal dan hati”.
Gunakanlah keduanya secara seimbang, jika kita terlalu menggunakan hati, kita tak punya pertimbangan rasional yang padahal itu adalah pemberian dari Allah juga.
Jika kita terlalu mengandalkan akal, maka kita akan disesatkannya karena ia hanya bisa berpikir tentang hal-hal yang masih dalam batas-batas rasio.
Padahal hakekat hidup dan mati bukan hanya sebatas rasio. Jadilah "Air yang cerdas dan beriman".
Mengikuti aliran hidup ini sambil sesekali mengarahkan jalan kemana akan pergi dengan petunjuk dari Allah.
Semoga bermanfaat juga bagi semua .


MP, 15 Jan 2008

Das Sollen versus Das Sein


Tadi malam mendapatkan e-mail dari seorang teman. Emailnya berisi tentang artikel seputar perkembangan riset di Asia. Dibahas pula tentang kondisi riset di Indonesia yg memprihatinkan:
  • Jumlah peneliti di Indonesia 1:10.000, artinya setiap 10.000 penduduk terdapat 1 peneliti
  • Publikasi ilmuah Indonesia 0,012% dari total pulikasi ilmiah seluruh dunia.
Selengkapnya adalah sebagai berikut:
Das Sollen versus das Sein Agustus 13, 2006

Laporan terbaru yang dikeluarkan oleh UNESCO Institute for Statistic merupakan angin segar bagi perkembangan riset di kawasan Asia. Laporan tersebut mengatakan bahwaGERD (gross expenditure on research and development) yang dikeluarkan oleh Asia ternyata telah melampaui Eropa. Dana pengembangan dan riset untuk wilayah Asia sebesar 31,5 persen sedangkan Eropa 27,3 persen. Walaupun demikian wilayah Amerika Utara masih yang tertinggi yaitu 37 persen. Sisanya adalah Amerika Latin dan Karibia 2,6 persen, Oceania 1,1 persen, dan Afrika 0,6 persen. Cina menunjukkan pertumbuhan yang signifikan yaitu dari 4 menjadi 9 persen pada periode 1997 sampai 2002. Sementara pada periode yang sama Amerika Utara dan Eropa justru menunjukkan penurunan sebesar 1 persen.
Di negara-negara yang telah mengalami kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, publikasi internasional merupakan hal yang sangat penting. Bahkan gengsi suatu lembaga riset atau universitas ditentukan oleh banyaknya publikasi internasional yang dihasilkan oleh lembaga tersebut. Hal ini sangat berkaitan juga dengan dana riset yang bisa didapatkan.
Fakta saat ini menunjukkan bahwa kegiatan riset sudah merambah dan berkembang pesat di negara-negara Asia Pacific seperti yang diulas oleh majalah Nature. Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah publikasi ilmiah yang mencapai 25 persen dari total paper ilmiah di seluruh dunia pada tahun 2004. Meskipun persentase ini masih lebih kecil dibandingkan paper ilmiah yang dihasilkan Eropa (38 persen) dan Amerika Serikat (33 persen), namun persentasi peningkatannya cukup besar jika dibandingkan dengan jumlah paper ilmiah yang dipublikasikan tahun 1990 yang hanya 16 persen.
Dalam laporan yang dibuat oleh UNESCO Institute of Statistic juga memuat jumlah peneliti per sejuta penduduk dari beberapa negara di dunia. Untuk kawasan Asia, Cina mempunyai jumlah peneliti terbanyak yaitu 810.500 orang disusul oleh Jepang 646.500 orang kemudian India 117.500 orang. Dengan melihat fakta bahwa jumlah peneliti seluruh Asia hanya 2.034.000 orang, maka jumlah peneliti di Indonesia pastilah sangat sedikit.Menurut data dari Dikti, jumlah peneliti Indonesia saat ini baru mencapai rasio 1: 10.000. Artinya, setiap 10.000 penduduk terdapat 1 peneliti. Dengan populasi penduduk Indonesia saat ini sekitar 220 juta jiwa, berarti baru terdapat sekira 22.000 peneliti. Namun demikian jumlah peneliti terbanyak setiap sejuta penduduk ditempati oleh Jepang yaitu 5.084,4 dan menempatkan Jepang sebagai nomor satu di dunia. Cina dan India masing-masing mempunyai 633 dan 112,1 peneliti setiap sejuta penduduknya. Sedangkan negara-negara yang sudah mapan dalam bidang riset seperti Amerika Serikat (4.373,7), Federasi Rusia (3.414,6), Jerman (3.208,5), Perancis (2.981,8) dan Inggris (2.661,9).
Indonesia masih harus prihatin di tengah kebangkitan negara-negara Asia yang lain dalam mempublikasikan paper yang bertaraf international. Data statistik menunjukkan bahwa publikasi ilmiah Indonesia hanya 0,012 persen dari total publikasi ilmiah dari seluruh dunia. Sebagai contoh, jumlah publikasi ilmiah Indonesia pada tahun 2004 hanya 522 paper ilmiah. Di antara negara Asia Tenggara jumlah paper Indonesia masih kalah jauh jika dibandingkan dengan Singapura (5781), Thailand (2397), dan Malaysia (1438).

Masalah dan Solusi
Publikasi ilmiah dihasilkan dari suatu penelitian. Penelitian dilakukan untuk menjawab permasalahan penelitian. Permasalahan penelitian merupakan kesenjangan antara “das Sollen” dan “das Sein” yaitu “apa yang seharusnya” dan “fakta yang ada”. Kurangnya sensitivitas peneliti Indonesia dalam merekam kejadian-kejadian di sekitar mereka merupakan kendala utama dalam menghasilkan suatu penelitian yang berkualitas. Peneliti harus dibekali dengan rasa keingintahuan yang sangat besar sehingga sekecil apapun perubahan yang terjadi dapat ditentukan akar masalahnya dan dipecahkan melalui kegiatan penelitian. Oleh karena itu latihan yang terus-menerus untuk melatih peningkatan sensitivitas terhadap perubahan-perubahan di lingkungan harus selalu dilakukan.
Tidak tersedianya sumber literatur yang memadai juga menjadi kendala utama. Bahan pustaka yang terbaru sangat diperlukan untuk mengetahui perkembangan ilmu terkini. Dengan mengacu pada perkembangan ilmu terkini maka hasil penelitian yang dilakukan juga up to date untuk ditulis dalam suatu publikasi internasional. Mengingat harga jurnal internasional yang sangat mahal, maka perlu dikembangkan kerjasama dengan institusi/universitas di luar negeri sehingga ada kesempatan untuk ke luar negeri dan mengakses jurnal-jurnal yang memuat perkembangan ilmu terkini. Kerjasama ini juga diharapkan menghasilkan suatu publikasi bersama (joint publication).
Rendahnya dana penelitian yang disediakan oleh pemerintah dan terbatasnya sarana penelitian juga merupakan kendala yang sangat berarti. Untuk menghasilkan penelitian yang komprehensif tentulah dibutuhkan dana dan sarana yang memadai. Oleh karena itu kerjasama antar lembaga riset dan universitas di Indonesia maupun dengan institusi lain di luar negeri harus ditingkatkan sehingga kita bisa memanfaatkan alat-alat dan sarana penelitian secara bersama-sama.
Hambatan yang sering diumpai jika ingin membangun kerjasama dengan institusi luar negeri adalah penguasaan bahasa Inggris. Fakta menunjukkan bahwa penguasaan bahasa Inggris masyarakat kita, khususnya dosen dan peneliti, masih harus ditingkatkan. Tanpa penguasaan bahasa Inggris yang baik, akan sangat sulit menjalin kerjasama dengan institusi luar negeri. Pembekalan bahasa Inggris harus diintensifkan mulai dini.
Sinergi kegiatan riset untuk menunjang arah kebijakan riset nasional belum optimal. Seyogyanya semua kegiatan riset di Indonesia diarahkan dan disinergikan untuk mewujudkan tujuan masing-masing unggulan riset nasional. Misalnya dalam bidang ketahanan pangan, kelautan, dan bioteknologi sehingga out put riset menjadi jelas dan terarah.
Budaya ilmiah di kalangan akademisi dan peneliti Indonesia masih sangat kurang. Budaya ilmiah dapat dibangun melalui pertemuan-pertemuan ilmiah. Lembaga riset dan universitas harus dipacu untuk mengadakan pertemuan-pertemuan ilmiah dalam bentuk seminar, workshop, koloqium dan lain-lain. Selain dapat merangsang semangat untuk meneliti, ajang ini juga dapat digunakan untuk mengetahui perkembangan ilmu terkini dan menjalin kerjasama antar lembaga untuk melakukan penelitian bersama. Yang terpenting adalah sarana untuk belajar menulis dan mengekspresikan hasil penelitian dalam bentuk tulisan secara logis dan kronologis.
Jumlah jurnal-jurnal ilmiah yang terakreditasi di Indonesia masih sedikit.Jurnal ilmiah terakreditasi nasional merupakan jembatan yang sangat penting untuk mempublikasikan paper di tingkat internasional. Oleh karena itu keberadaan jurnal-jurnal ini baik secara kuantitas maupun kualitas harus ditingkatkan. Melalui jurnal ini dapat diketahui sejauh mana perkembangan ilmu-ilmu tertentu.
Integrasi penelitian dalam mata kuliah harus dilakukan sejak dini sehingga Indonesia dapat menghasilkan peneliti-peneliti muda yang potensial. Hampir sebagian besar mahasiswa hanya melakukan satu kali kegiatan penelitian yaitu saat skripsi. Hal ini sangat tidak menguntungkan karena mahasiswa tidak mempunyai pengalaman yang cukup dalam bidang penelitian setelah mereka lulus. Oleh karena itu perlu adanya integrasi yang berkesinambungan penelitian dalam mata kuliah, misalnya metodologi penelitian sehingga sejak dini mahasiswa sudah dilatih untuk menulis karya tulis ilmiah dan melakukan penelitian.
Semangat hari kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 61 dapat dijadikan momen yang tepat untuk kebangkitan Indonesia dalam bidang science dan teknologi dengan cara meningkatkan penelitian yang beorientasi publikasi ilmiah internasional.
_____________________________________________________________________________
Dari artikel di atas setidaknya ada 8 permasalahan riset di Indonesia, yaitu:
  1. Kurangnya sensitivitas peneliti Indonesia dalam merekam kejadian-kejadian di sekitar mereka.
  2. Tidak tersedianya sumber literatur yang memadai
  3. Rendahya dana penelitian yg disediakan oleh pemerintah dan terbatasnya sarana penelitian.
  4. Permasalahan penguasaan bahasa Inggris dosen dan peneliti Indonesia ( permasalahan ini sering dijumpai jika ingin membangun kerja sama dengan institusi Luar Negeri).
  5. Sinergi kegiatan riset untuk emnunjang arah kebijakan risset nasional belum optimal.
  6. Budaya ilmiah di kalangan akademisi dan peneliti Indonesia masih sangat kurang.
  7. Jumlah jurnal-jurnal ilmiah yang terkareditasi di Indonesia masih sedikit.
  8. Integrasi penelitian dalam mata kuliah belum dilakukan sejak dini

Ini adalah PR bagi kita semua terutama generasi muda...



Note: Maaf sekali , sumber artikel ini tdk tercantum karena saya mendapatkannya jg tanpa sumber . Semoga tidak mengurangi maknanya.
Btw, ada yang tau? Tulisan ini adalah dalam rangka menyambut HUT negara kita Indonesia ke-61 di tahun 2006 lalu.

Monday, August 6, 2012

Kerancang

Selama ini tau kalau di Minang itu ada yg namanya kerancang (bordiran mesin hitam) dan bordir biasa (bordiran mesin putih). Kerancang itu harganya jauh lebih mahal daripada yang satunya. Tapi pengetahuanku ya sangat terbatas pada beberapa hal seputar itu saja. Akhirnya coba nyari-nyari bahan untuk tambahan ilmu seputar hal ini. Jadilah nemu tulisan di bawah ini yg menurutku cukup banyak memberikan informasi. Selamat membaca :)

Silakan diliat dulu perbedaan kedua janis bordiran itu dari gambar di bawah ini: 

Contoh bordir kerancang



Contoh bordiran biasa

----------------------------------------------------------------
Bordir kerancang halus khas Bukittinggi adalah bordiran halus dengan “lubang lubang” yang terbentuk dari jalinan benang bordir. Lubang lubang inilah yang disebut dengan kerancang. Pembuatan kerancang ini adalah suatu proses yang rumit serta menyita waktu. Seorang pembordir harus memperhitungkan “tarikan” benang ke kain ( bahan dasar ). Apabila tarikan benang terlalu tegang, maka kain disekitar kerancang akan “mengkerut”. Apabila tarikan benang kurang tegang, maka jalinan kerancang akan tidak “padat” dan “rapat”, serta mudah putus karena ketegangan benang bordir tidak sama.
Selain itu, dalam pembuatan kerancang yang berukuran kecil, seorang pembordir harus memperhatikan ukuran jalinan antar kerancang, karena pembuatan kerancang adalah suatu proses yang memiliki “point of no return“. Jalinan kerancang tersebut sebenarnya terdiri dari jalinan benang bodir serta bagian bahan dasar yang dipilin untuk menjadi tepi kerancang. Apabila jalinan ini putus, maka hal ini tidak bisa diperbaiki karena bahan dasar yang terpilin untuk membentuk jalinan kerancang tersebut juga ikut terputus ( robek ). Juga kerancang kerancang ini haruslah dibuat dengan mengikuti ukuran serta jalur ( path ) dari disain bordir secara keseluruhan. Sedikit saja terjadi kesalahan perhitungan maka jalur disain bordir tidak akan bisa dipertemukan dengan tepat sehingga hasil bordiran akan terlihat “senjang” (timpang)
Saking rumitnya pembuatan bordir kerancang halus khas Bukittinggi ini, seorang kolega dari Qatar menyebut bahwa bordiran ini bukan sekedar bordiran, tapi sudah merupakan karya seni (piece of art), yang bukan saja amat pantas untuk dipakai, tapi juga pantas digunakan sebagai hiasan rumah.
Dahulu proses pembuatan bordir kerancang halus ini sepenuhnya dikerjakan dengan tangan ( 100% purely handmade ). Tingkat kesalahannya tinggi karena manusia memiliki faktor kelemahan daya tahan serta kelelahan, apalagi mengerjakan sesuatu yang rumit dan serba kecil kecil. Untuk mendapatkan bordiran yang 75 % error free bisa memakan waktu hingga tiga bulan bahkan lebih. Namun rumitnya proses serta lamanya waktu pembuatan sebanding dengan keindahan bordiran yang dihasilkan.
Oleh karena proses pembuatannya yang rumit, tingkat kesalahan yang tinggi serta menyita waktu, sementara permintaan akan bordir kerancang sangat tinggi, belakangan muncul ide untuk membuat “kerancang instant”, yaitu dengan membuat jahitan secara mengeliling membentuk lingkaran, segi empat atau segitiga, kemudian bagian tengah dari lingkaran tersebut ditusuk dengan menggunakan solder panas ( alat untuk mematri ). Hasil tusukan solder panas ini akan meninggalkan lubang yang akan terlihat seperti kerancang.
“Kerancang instant” ini pemuatannya amat mudah karena seorang pembordir tidak perlu mempertimbangkan hal hal seperti pada pembuatan kerancang sebenarnya. Cukup dengan membuat bordiran pada bahan dasar, kemudian tinggal menusukkan solder panas pada bagian yang akan dilubangi. Apalagi kemudian digunakannya mesin bordir, proses pembuatan mukena dengan bordiran kerancang instant ini hanya memerlukan waktu satu hari. Harga jual juga bisa ditekan serendah mungkin karena mukena dengan kerancang instant ini bisa diproduksi massal, tingkat kesulitan rendah, satu mukena tidak harus dikerjakan oleh satu orang, waktu pembuatan yang singkat, apalagi dengan bantuan mesin bordir terkomputerisasi (computerized embroidery machine), akan dihasilkan suatu bordiran seragam dalam waktu yang amat singkat, tinggal memotong motong seukuran mukena dan melubangi dengan solder. Mukena seperti ini dapat dengan mudah ditemukan dipasaran dengan harga yang cukup murah.