Saturday, January 11, 2014

Dr. atau DR.?

Tidak satu dua kali sy dipanggil dokter karena pada surat pengantar tertulis penulisan huruf D besar dan r kecil di depan nama, pun pada tes kesehatan kali ini. Sampai ada seorang staf administrasi yg mengatakan: "Harusnya ditulisnya D besar dan R besar, bu". Saya hanya tersenyum, tdk mau mendebat krn setahu saya apa yg dituliskan di surat pengantar tsb sudah benar. 

Untuk lebih jelasnya bisa di cek di beberapa link berikut ini :

 [1] http://www.ditpsmk.net/?page=artikel;138

12] http://id.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Pedoman_penulisan_singkatan_dan_akronim


Terkait dengan penulisan gelar yang menggunakan huruf D dan R, aturan penulisan yg benar bisa disimpulkan sebagai berikut [2]:

  • Dr.(H.C.) digunakan untuk gelar kehormatan Doktor Honoris Causa yaitu doktor kehormatan yang diberikan oleh suatu perguruan tinggi kepada seseorang sesuai dengan ketokohan dalam suatu bidang tertentu.
  • Dr. adalah singkatan doktor, suatu gelar pendidikan Strata Tiga (S3). Dr. merupakan gelar akademik tertinggi. Contoh penulisan yang salah: DR. IR. HARYADI atau DR. IR. Haryadi; seharusnya: Dr. Ir. HARYADI atau Dr. Ir. Haryadi.
  • dr. adalah singkatan bagi dokter (ahli penyakit) yang merupakan sebutan profesional untuk seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan profesi dokter. Contoh penulisan yang salah: DR. USMAN atau Dr. Usman; seharusnya: dr. USMAN atau dr. Usman.


  • Tuesday, January 7, 2014

    Birokrasi oh birokrasi_1

    Menjadi PNS berarti siap untuk sabar menghadapi birokrasi yg tidak simple (baca: panjang dan rumit serta lack of coordination). Saat kita telah menerima SK ternyata tidak bisa berbahagia dulu karena setelahnya kita harus mempersiapkan beberapa hal untuk pengurusan gaji. dan ternyata proses nya ribet! (menurutku).
    1. Kita harus menyiapkan beberapa dokumen: 1. untuk bagian keuangan (masing-masingnya di copy rangkap 10),2. untuk bagian kepegawaian (termasuk menyiapkan ijazah dari SD).
    2. Setelah dokumen di submit, maka kita harus datang lg ke bagian kepegawaian dekanat untuk menandatangani surat.
    3. Setelah surat di atas ditanda tangani dekan, maka kami harus meminta sendiri tanda tangan dari WR 2. Di sini ternyata berlangsung tidak mulus. Bagian front office WR 2 meminta kami untuk meminta paraf dari bagian kepegawaian Universitas. Di bagian kepegawaian univ ternyata syarat kami di nyatakan kurang yaitu tdk adanya lampiran SK. terus surat yg di bawa juga salah dalam mencantumkan tgl aktif. Yg lucunya kami yang diberikan petunjuk padahal yg membuat dan mempersiapkan surat tsb adalah bagian kapegawaian dekanat. Kami yg notabene dosen memang tidak tau tentang hal ini.
    4. Akhirnya surat itu sukses TIDAK ditanda tangani WR 2. Urusan kembali lagi ke bagian dekanat.
    5. Kalau pun surat sudah benar, ternyata tdk dapat di proses juga oleh bagian kepegawaian univ karena katanya harus kolektif. jadi harus lengkap semua dosen di fak itu baru diharapkan kembali kebagian kepegawaian univ.

    Fiiuh, urusan birokrasi di negara ini memang harus di reformasi!
    Sudahlah, yg jelas hari ini berhasil balik ke ruangan degan kecewa ditemani hujan yang setia menemani sepanjang urusan kami tadi. Dalam hati jadi bergumam, siapa suruh pilih jd PNS (dosen)?

    #late post

    Isi Kajian Ust. Salim A. Fillah tentang Marah dan Cara Mengatasinya

    Ustadz Salim A fillah adalah salah satu pembicara yang diundang untuk mengisi acara Seminar Nasional Kedokteran Islam FK Unand pada tanggal 29 Desember 2013 lalu di Aula FK Unand, Padang. Adapun resume dari isi kajiannya adalah sebagai berikut:

    Marah dan Cara Mengatasinya

    Marah itu bisa:
    1. Menghilangkan akal (kisah wanita penenun yang mengurai kembali benang yang sudah di tenunnya, yg dilakukannya tiap hari)
    2. Merusak raga (Kisah Nabi Ya'qub yang penglihatannya kabur akibat memendam kesedihan yg mendalam dan kemarahan yg tidak bisa diluapkan)
    3. Menambah beban kerjaan kita (Kisah Maryam)
    4. Mendatangkan musibah
    5. Merusak hubungan (Kisah Iblis yang marah karena merasa Adam lebih dicintai Allah dibandingkan dirinya)
    6. Marah menjadikan orang menjadi munafiq (Kisah Abdullah bin Ubay).
    7. Menghalangi pembelaan malaikat (Kisah Abu Bakar R A)
    8. Mengurangi peluang ke syurga (Asbabul wurud nya hadits "La Taghdhab...")

    Pangkal kemarahan: Sikap kita terhadap apa yang terjadi.

    Solusi nya: kita harus bisa ridho dan ikhlas terhadap apa yg terjadi.
    Ridho itu terhadap 3 hal : ketentuan Allah, pembagian Allah dan aturan Allah (thdp apa yg telah terjadi), sedangkan ikhlas itu adalah sikap penyerahan diri hanya krn Allah terhadap suatu ibadah yang akan dipersembahkan/dilakukan.

    Friday, January 3, 2014

    Delapan Cara untuk Tidak Membuat Hidup Jadi Lebih Rumit

    Saya rasa kita semua sepakat bahwa hidup itu penuh masalah dan rumit. Di sisi lain kita juga tahu, walaupun sulit, hidup juga penuh hal-hal positif dan kebahagiaan. Nggak selamanya kita berada di bawah, suatu saat pasti roda berputar dan kita ada di atas. Tapi meskipun tahu bahwa hidup itu berat, kadang tanpa sadar kita melakukan hal yang malah membuat hidup jadi lebih berat lagi.

    Ada beberapa hal kecil yang mungkin bisa mulai kita lakukan tahun ini dalam rangka berhenti membuat hidup kita menjadi lebih rumit.

    1. Komunikasi. Karena orang lain nggak bisa membaca pikiran kita.

    Kadang kita lupa kalau kita bukanlah pusat dari alam semesta. Yang tahu bagaimana perasaan dan pikiran kita hanyalah kita sendiri. Kita nggak bisa berharap dan berasumsi bahwa orang lain bisa mengerti apa yang kita mau tanpa harus dijelaskan. Oleh karena itu, komunikasi adalah kuncinya. Kalau ada sesuatu yang membuat kita nggak nyaman, tinggal ngomong aja kepada yang bersangkutan. Jangan marah-marah. Nggak perlu teriak-teriak. Jangan tantrum kayak anak balita. Sebaliknya, justru kita harus berbicara logis dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk berbicara. Itu kan poinnya berkomunikasi. Bisa jadi kita akan sangat terkejut melihat ternyata banyak banget masalah yang bisa diselesaikan dengan berkomunikasi secara sederhana.

    2. Menghabiskan waktu dengan orang-orang yang positif.

    Kalau kita terbiasa dikelilingi oleh orang-orang negatif, tanpa sadar perasaan bahagia yang kita punya akan tersedot menjadi negatif juga. Maka mulailah menghabiskan waktu dengan orang-orang yang berpikir, bertindak dan membawa perubahan positif dalam hidup mereka. Ini akan membantu kita untuk melihat hidup dari kacamata positif, bahwa walaupun banyak masalah tapi pasti akan ada jalan keluarnya.

    3. Berhenti khawatir.

    Manusia memang nggak lepas dari rasa takut dan khawatir, dan itu adalah hal wajar. Akan menjadi nggak wajar kalau kita khawatir berlebihan terhadap sesuatu yang mungkin nggak akan terjadi. Semakin kita khawatir, biasanya imajinasi kita akan semakin luas dan menciptakan hal-hal yang kita nggak inginkan. Jadi, fokuslah pada sesuatu yang bisa kita kendalikan dan lakukan yang terbaik di situ.

    4. Jangan selalu menyalahkan orang lain.

    Memang paling enak menyalahkan orang lain untuk hal-hal yang terjadi di luar keinginan kita, tapi ini menunjukkan bahwa kita nggak dewasa karena nggak mau menerima tanggung jawab dan konsekuensi dari tindakan yang kita lakukan. Lagi pula, menyalahkan orang lain nggak akan menghasilkan apa-apa. Apa keadaan akan jadi lebih baik? Nggak juga, kan.

    5. Berhenti mencoba mengubah orang lain.

    Kita bisa memaksa orang lain untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan kita, tapi itu nggak akan bertahan lama. Satu hal yang perlu disadari adalah orang nggak akan berubah kalau dia sendiri nggak mau berubah. Ada kalanya, kita harus menerima orang apa adanya dan berhenti mengubah mereka.

    6. Berhenti terobsesi dengan masa depan dan masa lalu.

    Nggak ada yang  melarang untuk menyesali masa lalu atau merencanakan masa depan dengan teliti dan cermat. Tapi yang perlu diingat adalah kita hidup pada saat ini. Dengan memberikan energi, fokus dan perhatian lebih kepada masa kini, hidup kita akan menjadi lebih sederhana, lebih menyadari apa yang terjadi di sekeliling kita dan bisa membuat perbedaan besar dalam hidup itu sendiri.

    7. Menyadari bahwa dalam hidup ini nggak ada yang sempurna.

    Kadang kita terobsesi dengan kesempurnaan. Menunda melakukan suatu hal karena menunggu waktu yang tepat, orang yang tepat, saat yang tepat—tapi semakin lama kita menunggu mungkin aja kesempurnaan itu nggak akan pernah datang dan semuanya sudah telanjur terlambat. Lakukan apa yang perlu dilakukan, berhenti menunda-nunda, dan fokus terhadap langkah positif berikutnya.

    8. Jangan membanjiri pikiran dengan terlalu banyak informasi.

    Masalahnya, di era internet, media sosial dan akses informasi yang tanpa batas—tanpa disadari tiap kali membuka internet, otak kita akan menyerap informasi secara sadar maupun nggak sadar. Mungkin sesekali kita harus berhenti terobsesi membuka akun media sosial kita tiap beberapa menit, membatasi dan menyortir informasi yang masuk. Kebanyakan informasi yang sebetulnya tidak perlu malah akan membuat kita terganggu, khawatir dan ujung-ujungnya berpikir lebih dari pada yang diperlukan.

    Itu versi saya, semoga bermanfaat. Kalau Anda sendiri bagaimana? Apa ada cara lain yang bisa dilakukan?