Wednesday, October 3, 2012

[Kisah & Tips] Bertetangga

Aku belum pernah tinggal di Padang sebelumnya. Jadi, saat aku harus ikut suami ke kota itu artinya aku akan  memulai hidup baru. Ya, beradaptasi lagi. Kali ini adaptasinya berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Sebelumnya statusku adalah anak kos, jadi cukup menyapa dan senyum dengan para tetangga saja dirasa sudah cukup dan mereka juga mengerti kesibukan serta status kita. Tapi sekarang tidak bisa seperti itu; status dan tanggung jawabku sudah berbeda. Maka segala teori dan informasi tentang tetangga dan cara bertetangga harus bisa dipraktekkan. Dan pada kenyataannya hal itu tidak mudah! Setidaknya bagiku. Kenapa? 
karena:
1. Aku bener-bener baru di daerah ini, tidak hanya di daerah ini tapi di kota ini, jadi aku belum mengenali kebiasaan orang-orang disini.
2. Aku tidak terlalu fasih berbahasa minang. Apalagi di rumah sehari-harinya menggunakan bahasa Indonesia ditambah udah lama tidak dilatih juga karena sebelumnya tinggal di rantau orang.
3. Hampir semua tetangga berumur jauuuh di atasku; seumuran ortuku atau malah di atas lagi. 

Setengah tahun pertama benar-benar terasa tough dan lonely. Tapi alhamdulillah, sejalan dengan waktu kondisinya makin baik. Sekarang (1,5 tahun di sini) aku sudah merasa bisa berbaur dengan mereka (walaupun belum semua), sudah bergabung dengan arisan ibu-ibu RT, bahkan para tetangga dekat selalu perhatian denganku apalagi tau kalau saat itu suamiku lagi dinas malam. Namanya masalah pasti ada, tapi setidaknya sekarang sudah bisa merasakan kehadiran tetangga dan kehidupan bermasyarakat yang sesungguhnya.

Berikut ini tips nya:
1. 5S: senyum, sapa, salam, sopan,santun.
2. Rajin memberi makanan atau minuman atau oleh-oleh kepada tetangga (yg dekat terutama) tanpa pamrih.
3. Datang ke arisan/pengajian RT. Walaupun sampai saat ini aku adalah peserta paling muda dan kadang sering tulalit dengan obrolan mereka, tapi ya cuek aja, berusaha aja biar bisa nyambung.
4. Tidak pelit saat dimintai sumbangan untuk kegiatan RT/RW atau bantuan non materi lainnya.
5. Perbanyak sabar. Tidak mungkin semua perilaku tetangga seperti yang kita inginkan. Dengan saudara sendiri satu ayahibu aja bisa nggak selalu cocok/sependapat, apalagi dengan banyak orang, heterogen lagi latar belakangnya.
6. Kita yang harus mau dan berani memulai. Untuk memulai sesuatu itu memang butuh energi tinggi, tapi ya mau nggak mau harus kita usahakan. Jangan berharap orang lain yang duluan melakukan kebaikan or menyapa kita, apalagi kita orang baru dan kecil lagi usianya di lingkungan tersebut.

Semoga bermanfaat :)


“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (An-Nisa`: 36)

"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan menyakiti tetangganya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakan tamunya, dan barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah yang baik, atau diam." (H.R. Bukhari & Muslim)


Tuesday, October 2, 2012

Semur Tahu+Bakso


Ini adalah kali kedua aku buat semur dan bisa kubilang lumayan sukses walaupun kayaknya kecapnya rada kurang. Setidaknya jauh lebih sukses daripada semur (ayam) yang pertama kali aku buat beberapa tahun yang lalu.

Berikut ini resepnya:

Bahan
1. Tahu  -> digoreng setengah matang
2. Bakso -> dibelah empat atasnya
3. Bawang merah
4. Bawang putih
    3 dan 4 dihaluskan
5. Daun bawang -> diiris halus
6. 3 buah cabe merah keriting -> dipotong miring
7. 5 buah cabe rawit 
8. Tomat -> diiris
9. Kaldu ayam
10. Kecap manis
11. Garam, gula dan lada secukupnya
12. Air secukupnya

Cara Membuat:
1. Tumis bumbu yg sudah dihaluskan
2. Masukkan bahan 5-8. Tumis sebentar
3. Masukkan kaldu ayam dan kecap manis
4. Tambahkan air secukupnya
5. Masukkan tahu dan bakso
6. Tambahkan bahan 11
7. Aduk-aduk sampai kuah agak mengental
8. Siap disajikan ^_^

Ttd,

Koki Pemula :D

   

Monday, October 1, 2012

QOTD_11012

"Kesehatan itu tergantung dari apa yg masuk ke dalam mulut.
Kesuksesan itu tergantung dari apa yg keluar dari mulut." (Dr. Po)

Study Story: (2) Masuk S2 yang tidak direncanakan, masuk S3 yang dimudahkan

2. Masuk S3 yang dimudahkan

Sebenarnya, keinginanku saat lulus S2 adalah bekerja dan/atau menikah. Lanjut S3 juga ingin tapi tidak langsung, alias butuh jeda oleh sesuatu yg baru dulu. Karena itu ikhtiar untuk melamar kerja atau pun membuka diri untuk ta'aruf ku jadikan prioritas. Tapi pada kenyataannya, beberapa bulan sebelum lulus S2 aku malah dihadapkan pada sebuah pengumuman lowongan S3 dari salah satu Universitas di Singapura dimana bidang yang aku minati ada di sana, yang membuat ku ragu apakah akan ikut ujiannya atau tidak. Kalau ikut dan ternyata lulus, aku belum siap untuk lanjut S3 langsung (ke-GR-an mode on :D). Akhirnya aku iseng untuk menghadiri presentasinya dulu dan diperolehlah info kalau kita bisa request bulan or tahun masuk S3 nya, tidak mesti dalam jangka waktu dekat. Info itu menguatkanku untuk mengikuti ujian masuknya yang ternyata diadakan langsung setelah presentasi selesai (sempat jeda beberapa jam sih). Gubrak aja karena aku (dan yg lain juga) nggak belajar sama sekali. Tapi gimana lagi, no choice. Akhirnya, Bismillah...Dengan modal apa yang ada di otak dan beberapa buku yang ada akhirnya aku beranikan diri untuk mengikuti tes tertulis dan wawancara pada hari itu (terjadi di semester akhir studi magisterku). 

Setelah wisuda pada bulan Oktober 2005, mulailah aku berikhtiar untuk mewujudkan dua keinginan utama yg sudah kutuliskan di atas. Segala urusan yang terkait dengan tes masuk S3 benar-benar sudah tidak kupikirkan lagi. Wong aku waktu itu ikut tes juga no thing to loose aja :-).

a. Ikhtiar bekerja
Tidak beberapa lama setelah wisuda, ada pembukaan lowongan penerimaan CPNS dosen oleh Kemdikbud dengan syarat minimal pendidikan S2 dan ada formasi yang sesuai dengan kualifikasiku. Karena merasa (sok) PeDe dengan nilai S1 dan S2ku, aku memutuskan untuk memasukkan aplikasi CPNS dosen di almamaterku saat itu. Di saat yg sama, aku juga menyiapkan aplikasi yang akan dimasukkan ke salah satu universitas negeri di Riau. 

Satu atau dua hari menjelang tes, kami mendapatkan informasi kalau almamaterku hanya menerima dosen tamatan S2 yg sedang berkuliah S3 atau lulusan S3, jadi bagi siapa yg tidak termasuk dua ketegori itu tidak akan lolos (walaupun sebenarnya iklan di koran dan internet dari Kemdikbud cuman menuliskan pendidikan minimal S2). Akhirnya aku dan beberapa teman senasib memutuskan untuk tidak jadi saja ikut ujian cpns. "Wong udah jelas nggak akan lolos", pikir kami. 

Saat itu, aku pun tidak bisa mengejar ujian ke Pekanbaru karena informasi dari Bandung       tersebut waktunya sangat mepet dengan hari ujian berlangsung, walaupun sebenarnya di universitas di Riau itu aku sudah dinyatakan lulus seleksi administrasi dan bisa ikut ujian yang diadakan di Pekanbaru. Maka, gagal lah ikhtiarku untuk mendapatkan pekerjaan yang kuinginkan saat itu :-).

2. Ikhtiar Taaruf
Dalam waktu yang hampir bersamaan, aku dikenalkan oleh seorang adik ke seorang ikhwan dan proses taaruf pun di mulai. Di awal-awal, proses taarufnya lancar dan mengesankan. Tapi ternyata tidak di ujungnya. Walaupun sudah bertemu keluargaku dan dinyatakan OK, tetapi tidak demikian saat isu ini di bawa ke keluarganya. Akhirnya rencana yang sudah hampir matang di keluargaku, batal. Dan ikhtiar menikah pun tidak berhasil.

Mari kita kembali lagi ke proses masuk S3 :-D. Oktober 2005 aku wisuda S2, selanjutnya waktuku diisi dengan membantu penelitian seorang dosen, diselingi dengan ikhtiar-ikhtiar diatas yang ujungnya tidak seperti yang kuharapkan, hehe...Surprisingly, Januari 2006, aku menerima email dari universitas Singapura itu yang menyatakan bahwa aku bisa lanjut ke tes berikutnya yaitu tes administratif. Aku diminta untuk mengirimkan segala persyaratan administratif yang ada. Kaget plus senang karena berita ini seperti penghibur dari kegagalan ikhtiar kerja yg terjadi sebelumnya, walaupun dalam hati aku masih mempertanyakan kesiapan diriku untuk kembali melanjutkan studi. Hmm.....

Awal Juni, via email, aku dinyatakan diterima, dengan syarat menyetujui poin-poin yg tercantum di dalam offer letter. Bismillah, kuputuskan untuk menerima tawaran tersebut. Dan resmilah pada 7 Agustus 2006 aku menjadi mahasiswa Ph.D di salah satu universitas negeri di Singapura itu :-).

-The End-

Question never to be asked to a Ph.D student


Hehehe....betul...betul...betul...

Add caption



Pencari kesenangan vs Pencari kebahagiaan

sumber: https://www.facebook.com/photo.php?fbid=3429397211380&set=at.1150973612214.2023265.1163844006.100000077728281&type=1&relevant_count=1&ref=nf

Merasa diingatkan oleh gambar ini untuk kembali meluruskan niat hanya dan hanya demi keridhoaan ALLAH semata.

"Ya ALLAH, aku mohonkan perlindungan dan pengawasan-Mu. Luruskan aku jika aku berbelok, benarkan aku jika aku salah, ingatkan aku jika ku terlupa...karena sungguh, aku hanya lah seorang manusia lemah yg hina, yg tak luput dari lupa, khilaf dan dosa :( "