Monday, January 21, 2013

Jembatan Zaman

Hi Bloggie, long time no see!

Kali ini, aku hanya ingin memuat sebuah tulisan Dee dari buku Filosofi Kopi. I like it!
Tulisan ini ikut aku sertakan saat mengucapkan selamat ultah tuk my bro kemarin. Berikut tulisannya:


Jembatan Zaman

Betambahnya usia bukan berarti kita paham segalanya.

Pohon besar tumbuh mendekati langit dan menjauhi tanah. Ia merasa telah melihat segalanya dari ketinggiannya. Namun masih ingatkah ia dengan sepetak tanah mungil waktu masih kerdil dulu? Masih pahamkah ia akan semesta kecil ketika semut serdadu bagaikan kereta raksasa dan setetes embun seolah bola kaca dari surga, tatkala ia tak peduli akan pola awan di langit dan tak kenal tiang listrik?

Waktu kecil dulu, kupu-kupu masih sering higgap di pucuknya. Kini burung besar bahkan bersangkar di ketiaknya, kawanan kelelawar menggantungi buahnya. Namun jangan sekali-sekali merendahkan kupu-kupu yang hanya menggeliat di tapaknya, karena mendengar bahasanya pun ia tak mampu lagi.

Setiap jenjang memiliki dunia sendiri, yang selalu dilupakan ketika umur bertambah tinggi. Tak bisa kembali ke kacamata yang sama bukan berarti kita lebih mengerti dari semula. Rambut putih tak menjadikan kita manusia yg  segala tahu.

Dapatkah kita kembali mengerti apa yang ditertawakan bocah kecil atau apa yg digejolakkan anak belasan tahun seiring dengan kecepatan zaman yg melekat meninggalkan? Karena kita tumbuh ke atas tapi masih dalam petak yang sama. Akar kita tumbuh ke dalam, tak bias terlalu jauh ke samping. Selalu tercipta kutub-kutub pemahaman yang tak akan bertemu kalau tidak dijembatani.

Jembatan yg rendah hati, bukan kesombongan diri.


Jembatan Zaman (1998), Buku Filosofi Kopi, Dee

No comments:

Post a Comment