Thursday, February 25, 2010

Memang Lidah Tak Bertulang

Seluruh panca indera yang diberikan Allah kepada kita adalah organ tubuh yang Subhanallah sangat berguna. Masing-masing mengemban fungsi yang berbeda-beda. Masih ingat kan apa-apa saja panca indera itu? Hehe…knp jd kayak bu guru gini :D.
Salah satu panca indera itu adalah lidah sebagai indera pengecap. Bayangkan saja kalau lidah ini tidak ada. Tidak usah begitu, jika ada sedikit kelainan atau penyakit pada lidah kita saja, efeknya dapat kita rasakan : susah makan, susah bicara, dll. Jadi bisa dilihat juga bahwa selain sebagai indera pengecap, lidah juga berperan penting dalam urusan berbicara, yang akan menjadi inti permasalahan pada tulisan ini.
Jadi ingat sebuah lagu lama, kalu tidak salah dinyanyikan oleh Bob Tutipoli (sumber: internet) yang liriknya adalah sbb:
Memang lidah tak bertulang...
Tak terbatas kata-kata
Tinggi Gunung Seribu Janji
Lain di bibir lain di hati..
Adalah tidak mungkin rasanya sehari terlewat tanpa bicara, apalagi perempuan yang katanya berbicara jauh lebih banyak daripada laki-laki. Dan belum tentu semua yang kita bicarakan baik-baik saja, atau mulus-mulus saja. Kebayang ya berapa byk dosa akibat aktifitas mulut ini? L
Untuk itu, saya ingin share sebuah artikel menarik dari republika on line (http://www.republika.co.id/berita/104854/etika-berkata)  yang membahas seputar kalimat-kalimat thayyibah; kalimat-kalimat yg baik yang direstui oleh Allah.
1.      Qawlun ma'ruf (perkataan yang baik). Perkataan jenis ini identik dengan kesantunan dan kerendahan hati. Al-qur’an mensinyalir bahwa mengucapkan qawlun ma'ruf lebih baik daripada bersedekah yang disertai kedengkian (QS Albaqarah [2]: 263).
2.      Qawlun tsabit (ucapan yang teguh). Perkataan ini punya argumentasi yang kuat serta dilandasi keimanan yang kokoh. Tidak ada keraguan yang menyelimutinya. Kezaliman yang nyata patut dihadapi dengan perkataan jenis ini (QS Ibrahim [14]: 27).
3.      Qawlun sadid (perkataan yang benar). Tiada dusta dan kebatilan dalam ucapan ini. Kata sadid berasal dari sadda yang berarti menutup, membendung, atau menghalangi. Qawlun sadid yang diucapkan berfungsi untuk mencegah terjadinya kemungkaran dan kezaliman. Bukti ketakwaan seorang Mukmin di antaranya gemar mengucapkan perkataan ini (QS Al-Ahzab [33]: 70).
4.      Qawlun baliqh (ucapan yang efektif dan efisien). Ini adalah jenis ucapan yang cermat, padat berisi, mudah dipahami, dan tepat mengenai sasaran alias tidak ngelantur . Tipe perkataan seperti ini akan berpengaruh kuat bagi pendengarnya (QS Annisa [4]: 63).
5.      Qawlun karim (perkataan yang mulia). Ia adalah tutur kata yang bersih dari kecongkakan dan nada merendahkan atau meremehkan lawan bicara. Terdapat semangat memuliakan, menghormati, dan menghargai terhadap lawan bicara dalam qawlun karim tersebut (QS Al-Isra [17]: 23).
6.      Qawlun maysur (ucapan yang layak dan pantas). Maysur arti asalnya adalah yang memudahkan. Ucapan ini mengandung unsur memudahkan segala kesukaran yang menimpa orang lain, dan menghiburnya guna meringankan beban kesedihan (QS Al-Isra [17]: 28).
7.      Qawlun layyin (tutur kata yang lemah lembut). Kelembutan diharapkan dapat menundukkan kekerasan, sebagaimana air dapat memadamkan api. Inilah pesan Allah kepada Nabi Musa dan Nabi Harun ketika keduanya hendak menghadap Firaun yang lalim (QS Thaha [20]: 44).
Teringat sebuah sabda Rasullullah, ''(Muslim terbaik) ialah yang orang-orang Muslim lainnya selamat dari (bahaya) lisan dan tangannya (perbuatannya).'' (HR Bukhari dan Muslim).
Rasanya adalah sangat tidak pantas sebenarnya saya menuliskan hal ini karena di rasa masih harus banyak belajar untuk mengontrol lisan sendiri L. Tapi bukankah mempublikasikannya jg sebuah kebaikan?
Allahua’alam bishshowab.
“Ya Allah bimbinglah aku selalu: lisanku, hatiku, pikanku, tangan dan kakiku serta seluruh anggota tubuhku…Amiiin”

2 comments: